Opini saya tentang mata kuliah bahasa mandarin di kampus saya
Semester 5 udah dimulai tanggal 24 Agustus 2009 kemarin. Diawali dengan pergantian kurikulum prodi saya yang cukup mengagetkan semua mahasiswa. Cukup merepotkan memang, dan sedikit mengecewakan karena ada beberapa mata kuliah yang dihapuskan dari daftar mata kuliah wajib. Tapi saya salut, justru itu yang saya inginkan dari dulu, tentang kejelasan konsentrasi di prodi saya. Saya pun jadi harus mengatur lagi rencana studi saya di prodi Teknik Informatika Universitas Ma Chung. Yang niatnya nyantai-nyantai, jadi harus lebih niat untuk mengejar hutang mata kuliah wajib yang baru muncul.
Sebagai mahasiswa pecinta Teknologi Informasi, saya sih enjoy-enjoy aja menikmati kuliah, berapapun sks-nya. Lha emang "suka" sama apa yang saya pelajari. Bahkan "kalau murni" mahasiswa TIf (Teknik Informatika), 24 sks pun bukan masalah buat saya. KRS-an pun sudah saya atur, meski belum validasi karena belum valid.
Tapi, permasalahan utamanya bukan disitu. Buat yang belum tahu, lulusan kampus saya harus mempunyai profil kemampuan trilingual. Bahasa Indonesia, English, dan Mandarin. Karena alasan itu, dibuatlah suatu sistem atas perintah yayasan untuk mewajibkan mahasiswa mengambil mata kuliah Mandarin selama 8 semester. "Untungnya", tiap semester hanya dibebani 1 sks "saja". Kalau emang dengan keadaan "normal", tambahan itu nggak terlalu berpengaruh buat masa kelulusan maupun aktifitas studi saya. Tapi yang terjadi berbeda dari "normal" itu. Lha gimana "kenyataannya"?
Karena "kebijakan" yayasan dan orang-orang di atas, mandarin yang hanya berbeban 1 sks itu, dijadwalkan tatap muka 6 sks. Apa maksudnya? Untuk beban finansial, mahasiswa cukup membayar 1 sks (Rp150rb). Tapi jadwal kelasnya, setara 6 sks. Mau nggak mau itu juga berdampak pada waktu luang tiap mahasiswa. Coba lihat gambar di bawah ini, rancangan studi saya (yang belum tervalidasi) kalau nggak ambil mandarin.
Lihat, masih banyak waktu luang kan buat ngerjain lainnya? Padahal itu ngambil 23 sks. Ditambah 1 sks mandarin "kalau normal" kan nggak terlalu ngefek. Tapi coba lihat, kalau saya harus mengambil mandarin setara 6 sks.
Wuah, waktu luang saya jadi hilang. Coba lihat lebih teliti di hari kamis jam 3 sore. Ada kegiatan wajib di kampus saya untuk semua mahasiswa. Gratis sih emang, tapi cukup membebani waktu 2 sks. Dan itu akan terus berlangsung sampai lulus. Aneh bukan?
Banyak mahasiswa mengeluhkan "kebijakan" ini. Tapi tetap saja, pihak atas nggak bergeming. Kalau nggak ambil mata kuliah itu, takut nggak mampu waktu ujian kelulusan bahasa mandarin ntar. Repot kan? CB 5, itu wajib dan akan jalan sampai CB 8, dan termasuk syarat kelulusan. Haduh... Secara umum, waktu luang tiap mahasiswa jadi berkurang. Akibatnya, mereka nggak bisa melakukan aktifitas luar kuliah yang biasa mereka jalani. Contoh, kalau biasanya aktif di organisasi sosial di luar kampus, kan jadi kehilangan waktu mereka untuk itu. Masa' mahasiswa Ma Chung mau jadi pinter mandarin sendiri, tapi nggak bagus dalam sosialisasi?
Belum lagi buat yang membiayai kuliah pakai uang sendiri hasil kerja. Kan jadi nggak bisa nyambi lagi. Apalagi buat yang sudah inisiatif kerja part time. Mana ada waktu? Sudah gini, mana bisa mikir waktu refreshing. Ya nggak?
Dari sisi saya, akibat yang saya rasakan adalah saya benar-benar merasakan "penjajahan waktu". Memang niat "mereka" baik, memberikan 5 sks gratisan dengan dosen native dari Cina. Tapi itu akan menyita waktu saya yang seharusnya bisa saya pakai untuk belajar tentang TIf. Belum lagi tugas-tugas dari dosen mandarin yang load-nya melebihi tugas mata kuliah lain. Huft.
Perlu diketahui, sebagai mahasiswa semester 5 keatas, apalagi anak TIf, tentu sudah banyak orientasi untuk mulai kerja. Saya sendiri, sedang mengerjakan beberapa projek bikin software. Itu perlu waktu yang sangat banyak. Saya pikir, kalau nggak ada mandarin, bisa nyambi di sela-sela kuliah. Tapi kenyataannya kan nggak gitu.
Saya juga anak band. Gara-gara padatnya jadwal saya (akibat mandarin juga), intensitas saya main band pun mau nggak mau jadi berkurang. Niatnya mau selesaikan lagu dalam waktu singkat, jadi molor lagi bakalan. Dunia sosial, sudah nggak perlu dipertanyakan. Saya jadi jarang main-main sama teman-teman luar kampus, apalagi teman-teman komunitas band.
Terlebih lagi, tugas TIf sekarang udah mulai banyak project. Butuh waktu banyak buat selesaikan itu semua. Gimana coba? Niat saya buat rutin nulis di PC Media tiap bulan jadi agak terganggu. Mana sempat meluangkan waktu buat nulis, kalau nggak punya waktu luang. Aaarrgghhhh!!!! Pokoknya, ini semua bikin saya emosi. Untung aja saya udah nggak menjabat di Lembaga Kemahasiswaan. Tinggal membereskan sisa-sisa tugas periode lalu.
Niat saya juga untuk belajar berbagai macam hal tentang IT juga terancam. Banyak ebook sudah didownload, tapi bakalan nggak sempat baca. Nah, mau gimana lagi? Buat pembaca yang satu universitas sama saya, apa pendapat Anda???
ANNOUNCEMENT!!!
This blog is dead!!! I moved it to my new blog in http://haqqi.net. Thank you for reading this blog. Hope you will read my new blog too.
Efek 1 sks Setara 6 sks
Aug 25, 2009Posted by Haqqi at 10:34 AM
Labels: Bahasa Indonesia, My Experiences
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
salam kenal dan salam satu jiwa arema.
wes masx ambil jurusan apa?kok dapat mat kul mandarin????
RENTAL LCD PROYEKTOR & multimedia.Untuk presentasi, seminar, rapat, nonton, nikah, pertunjukan,dll.
kunjungi kami di http://rental.invest77.com
@^: Salam kenal juga. Kuliah jurusan Teknik Informatika. Tapi mata kuliah bahasa mandarin itu wajib buat semua jurusan di Ma Chung...
Halo mas,
salam kenal dari Politeknik Informatika Del.
regards,
@^ : Salam kenal juga, dari Universitas Ma Chung Malang
Menurut aLe,
Ga usah fokus pada negatifnya,
Fokus saja pada belajar kamu,
Baca eBook pasti ada waktu,
Asalkan bs memanfaatkan waktu luang scara makSimal,
Misalkan nonton Tv dikurangi,
Nyangkruk jg dikurangi,
Intinya:
Seberapa dan Bagaimana kamu menyikapi ketidaknyamanan ini,
Yeah,
Dahsyat :D
Post a Comment