Dewa19 menciptakan lagu berjudul Kosong untuk saat-saat seperti ini
Seseorang yang mengatakan telah membuka hatinya, menutupnya lagi dengan alasan yang tidak dapat saia terima. Padahal, setelah mengenal bagaimana sebenarnya dia, dialah yang pertama kali saia pilih sebagai calon pengisi variabel 'orang pertama' saia. Variabel bertipe String yang berisi namanya. Lengkap dengan 30% parameter yang saia ketahui tentang dia, yang terletak pada node, dengan key berupa namanya. Yang akan saia jadikan satu-satunya instance, perwujudan dari class yang saia persepsikan tentang dia. Sekali lagi, dia key pertama, dan saia sempat bermimpi bahwa dia juga akan menjadi yang terakhir. Mimpi-mimpi masa depan pun dengan cepat terbayang. Sayangnya, dengan berkedok memakai logika, dia telah memanipulasi perasaannya sendiri, perasaan tentang saia yang pernah dia miliki, walaupun mungkin bukan perasaan yang murni untuk saia, tapi hanya untuk bayangan seseorang yang ada pada saia.
Beberapa hal yang saia kagumi dari dia, yang tidak saia temukan pada yang lain, yang membuat saia jatuh padanya:
Dia... selalu mampu mendebat saia
Dia... bisa membuat saia tertawa lepas dengan candanya
Dia... banyak memiliki apa yang tidak saia miliki (bukan materi)
Dia... pernah merasakan kerasnya hidup jauh melebihi saia
Dia... memiliki mental yang jauh lebih kuat dari fisiknya yang rapuh
Dia... yang saia akui bisa mengisi kekosongan-kekosongan saia
Dia... memberikan pelajaran tentang hidup pada saia
Dia... dia... dia...
Semua yang tertulis di atas masih sebagian kecil dari hal-hal yang aku kagumi dari dia. Masih banyak hal-hal yang tidak dapat dituliskan di sini, banyak sekali.
Membahas kembali tentang 'hazardous' dalam posting saia sebelumnya. Saia sedikit merasa tenang saat saia sudah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya 'hazardous' yang pertama. Penyebab utama ancaman 'hazardous' tersebut adalah kesalahpahaman. Saia tidak mau hal itu terulang untuk kedua kalinya dalam hidup saia ini. Dan ternyata, 'hazardous' tersebut tidak terbukti dan nyaris tidak akan terjadi, setelah saia berani untuk berbicara. Tapi 'hazardous' yang kedua, sudah terasa efeknya sejak lama. 'Hazardous' kedua itu merupakan suatu efek dari ketidaktahuan, keraguan, kebimbangan, atau ketidakpastian terhadap sesuatu. Dan sesuatu itu adalah 'perasaan', suatu hal yang belum banyak saia pelajari dalam hidup, karena selama ini saia selalu menutup perasaan saia, dalam hal apapun. Tapi saia tekankan lagi, bukan perasaan yang menyebabkan 'hazardous' kedua terjadi. Tapi ketidaktahuan lah yang menjadi penyebab sebenarnya, sekali lagi, KE-TI-DAK-TA-HU-AN.
Ketidaktahuan itu mendorong saia untuk ingin tahu. Tentu saja, itu sifat dasar manusia, terutama bagi saia yang selalu ingin tahu. Walaupun dia telah berkali-kali mengatakan konsepnya pada saia bahwa ada hal yang sebaiknya tidak seseorang ketahui agar hidup orang itu lebih damai. Tapi saia tetap pada prinsip saia, selama saia tahu, saia pasti berusaha dan yakin bisa untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi apa yang saia ketahui itu. Tapi, semua itu sulit untuk bisa saia lakukan selama saia belum tahu at least 75% dari keingintahuan saia, bukan dari semuanya. Saia mencari tahu dengan cara saia sendiri, walaupun itu sedikit melanggar kode etik saia sebagai seorang profesional di bidang saia, IT. Dan apa yang terjadi?! Dia menyadari dengan intuisinya bahwa saia akan terus berusaha masuk ke alamnya, dan saia tidak diperbolehkan olehnya untuk tahu lebih dari 30% tentang dirinya. Sejak itu dia mulai menjauhi saia. Itulah yang membuat 'hazardous' pribadi saia terjadi, perasaan bertanya-tanya tentang mengapa dia menjauh.
Nah, apa efek 'hazardous' itu?! Saia tidak perlu menceritakannya. Yang paling saia pikirkan adalah saia kehilangan waktu saia yang berharga, yang akhirnya menyudutkan saia sejak awal Desember ini. Beberapa tugas besar yang mempertaruhkan IPK saia terbengkalai, dan pekerjaan saia pun sedikit terbengkalai. Apakah saia menyesal?! Tidak! Saia bahagia pernah bersama dengannya. Saia bahagia mengetahui apa yang ada dalam pikirannya. Saia bahagia berbagi cerita dengannya. Saia bahagia karena mengenalnya. Tapi, saia sangat kehilangannya saat dia mulai menjauhi saia, menutup perasaannya dengan logikanya sendiri.
Akhirnya saia mengambil tindakan untuk mengatasi 'hazardous' kedua ini, sekali lagi dengan cara yang sama, dengan berbicara. Kali ini saia berbicara langsung dengan orang yang bersangkutan, yaitu dia. Dan seperti biasa, dia yang lebih banyak berbicara daripada saia. Saia 'dipaksa' untuk diam dan mendengarkan ceritanya. Dan akhirnya saia tahu bahwa dia sedang dalam kebimbangan, karena suatu peristiwa lain yang hampir sama. Tapi dengan semua alasan yang berkedok logika, dia menutup perasaannya sendiri. Saia tahu itu sungguh menyakitkan. Terlebih lagi dengan hal-hal yang lebih menyakitkan yang baru saja dia alami, beberapa hari sebelum saia mengambil tindakan. Saia jadi merasa bersalah dan sangat menyesal, karena ternyata saia mengambil tindakan pada waktu yang salah. Walaupun tindakan egois saia ini sebenarnya untuk mencegah 'hazardous' kedua saia semakin membesar.
Dengan logikanya, dia dengan tenang bercerita pada saia. Dia bilang semua ini hanya skenario yang dibuatnya. Saia yang sedang merasakan nikmatnya kesendirian dibuatnya jatuh padanya. Kejamkah dia? Bagi saia tidak. Saia tidak merasa terbawa olehnya ke skenario yang dibuatnya. Saia sendiri yang memilihnya, walaupun saia sudah mengetahui 30% tentang dirinya. Saia sendiri yang dengan sengaja masuk ke pusaran yang dia miliki. Pusaran?! Ya, dia berkata seperti itu. Padahal, jika itu benar-benar pusaran, berarti di tengah pusaran, ada mata pusaran, tempat paling tenang daripada harus berada di sekitar pusaran. Tapi dia menolaknya, dia berusaha mengeluarkan saia dari pusarannya dengan sengaja, dengan alasan tidak ingin saia terlibat dan jatuh. Padahal walaupun dia bisa melakukannya, saia akan tetap berada di dekat pusaran, dan mungkin akan tersedot lagi. Jadi, bukankah lebih baik masuk dan merasakan ketenangan di dalam pusaran?! Ditambah lagi, dia bilang dia yang mengawali, dan dia yang harus mengakhiri. Kejamkah dia? Bagi saia, tetap tidak. Walaupun dia bercerita tentang berbagai hal buruk tentang dirinya, bagi saia dia tetap indah dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Saia tahu bahwa dia masih menunggu seseorang yang bisa mengerti dia, mengerti segala hal tentang dia. Aneh bukan?! Saat saia sudah mencoba mengerti sampai 30% yang dia katakan, saia malah dikeluarkan dari pusarannya. Ada yang lebih mengenaskan, dia bilang ada yang mengerti sampai 50%, tapi dia keluarkan juga. Aneh, jika dia tidak pernah mau seseorang mengerti dirinya, mengapa dia berharap akan ada seseorang yang mengerti?! Non-sense!! Padahal saia dengan tulus melakukan segalanya. Tunggu, jika saia bilang tulus tentang ini, bukan berarti saia melakukan tanpa ingin balasan darinya. Saia masih menginginkan kebersamaan dengan dirinya, saia ingin lebih mengerti dirinya, saia ingin selalu dengan suaranya, saia ingin selalu tertawa karena candanya, saia ingin berbagi beban dengannya, dan saia ingin menjadi tumpuannya saat dia lemah.
Posting ini, saia tujukan bukan untuknya, tapi untuk saia sendiri. Diri saia yang satu lagi mengatakan, berjuang Haqqi!! Berjuang!! Bukankah dia pernah mengatakan 'Tresno Jalaran Soko Kulino'?! Bukankah kamu juga memegang prinsip 'Cinta Datang Karena Telah Terbiasa', walaupun bukan prinsip yang murni dari dirimu?! Berjuanglah Haqqi!! Bukankah kamu pernah bermimpi tentang kebahagiaan dengannya?! Berjuang Haqqi!! Jangan hilangkan perasaanmu!! Itu perasaan yang murni untuknya, jangan pernah hilangkan!! Dia pasti akan membuka hatinya kembali, berjuanglah Haqqi!! Berjuang!! Karena mungkin kamu tidak akan menemukan orang lain yang seperti dia. Karena dia...
ANNOUNCEMENT!!!
This blog is dead!!! I moved it to my new blog in http://haqqi.net. Thank you for reading this blog. Hope you will read my new blog too.
Sekedar Renungan bagi Saia
Dec 2, 2008Posted by Haqqi at 5:52 PM
Labels: Bahasa Indonesia, My Experiences
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
nih target yang lama ia??
ai lum baca.,
dah berakhir tho kak ma yang eni??
towew...
Post a Comment