Welcome to HQ's Blog

Hello World! If you've visited this blog before, welcome back. Please help me what article do you like by give it a comment. But if you're new with this blog, please feel free to stay ahead for a shortwhile, to read my articles. I assure you will get something by read it carefully. Haha...

Ok ok... By the way, this blog belongs to me, Haqqi. Yeah, that is my nickname. If you want to know about me, please read the top sidebar titled "About Me". If you want to know MORE about me, please feel free to add my Messenger (xp_guitarist) and chat with me. I am Indonesian. My English is not so good, so please don't laugh if my 'syntax' is wrong. But sometimes I will post my blog in Bahasa Indonesia (I think most of them will).

The reason I create this blog is, I want to share everything I can share. From my experience, computer program I used, my algorithms and source codes, and some useful infos and tips. So, if you want to request something I can, feel free to ask. And if you also want to share me something, I always open my hand, haha. Anyway, WELCOME TO MY BLOG!

This site is best viewed with Mozilla Firefox with resolution 1024x800 or more

Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

ANNOUNCEMENT!!!

This blog is dead!!! I moved it to my new blog in http://haqqi.net. Thank you for reading this blog. Hope you will read my new blog too.


Tentang Perasaan

May 28, 2009

Karena ini memang perasaan, dengan sedikit bumbu logika

Semakin besar dan semakin besar perasaan ini. Dari aura yang saya rasakan dari dia, saya pikir rasanya memang dia-lah. Eksistensi dia sudah saya rasakan sejak lebih dari setengah tahun lalu (baca Intermezo). Awalnya hanya perasaan kagum saja, tapi sekarang rasa itu sudah berkembang. Sedikit demi sedikit, tapi jelas semakin besar. Tapi dengan sifat dasar saya, rasa ini jadi sangat sulit untuk saya ungkapkan. Akibatnya, apa yang saya perbuat dengan rasa ini? Untungnya saya sudah sedikit banyak berubah, gara-gara masa lalu. Saya jadi sadar bagaimana cara menunjukkan perasaan dengan... sedikit benar... menurut saya. Sebab yang saya tangkap dari pengalaman singkat saya sebelumnya, bagian terpenting adalah jangan terburu-buru, tapi tetap tunjukkan rasa itu. Tapi sekali lagi, dengan sifat dasar saya, saya jadi nggak all out dengan konsep yang saya pikirkan.

Sifat dasar saya adalah saya orang yang pendiam. Ini sifat bawaan saya, sejak... saya rasa sejak masa-masa SD. Tapi bukan berarti ini sifat bawaan sejak lahir. Ada suatu trauma jangka panjang tak terutarakan yang pernah saya alami. Mungkin karena saya dulu itu suka berpikir terlalu dalam terhadap segala hal, sayangnya lebih banyak efek negatif dari pikiran tersebut. Oiya, selain itu kalau nggak salah, karena sifat saya yang suka ngomong to the point tanpa lihat perasaan orang lain, lalu sifat itu saya sadari sejak kecil, beserta efek-efeknya, saya jadi lebih memilih untuk diam. Sifat pendiam itu terus terbawa sampai sekarang, dan sifat pendiam itu menciptakan suatu image tentang diri saya, bahwa saya ini cool, sampai ada yang ngasih saya julukan igloo. Di bilang cool, juga karena saya jarang mengekspresikan apa yang sedang saya rasakan. Bahkan, sampai beberapa bulan yang lalu, masih ada yang bilang kalau saya ini expressionless.

Ok, itu masa lalu. Nggak mau saya bahas terlalu dalam. Balik ke masa sekarang. Sekarang saya sudah "sedikit" berubah. Tapi masih sulit bagi saya untuk menunjukkan perasaan ini pada dia. Sebab dasarnya saya ini nggak pernah dekat sama cewek, sama sekali. Jujur, saya ini belum pernah pacaran. Bukan berarti karena nggak ada yang mau dan nggak mau nyari. Tapi emang gara-gara sifat dasar saya yang lain, saya ini sulit jatuh cinta dan katanya sih, perfectionist. Sulit jatuh cinta? Memang. Sudah saya tulis di posting Ice Queen kok. Perfectionist? Mungkin. Tapi, perfectionist saya bukanlah perfectionist dalam arti global. Perfectionist saya, ya sesuai dengan persepsi saya. Misal, bagi saya, kriteria "kaya" bukanlah bagian dari perfect. Itu hanya nilai tambah, karena... saya lah yang akan menjadi kaya (amiin). Jadi nggak seberapa pengaruh. Kriteria saya dalam arti perfectionist jauh lebih abstract dari kriteria perfectionist yang biasa. Dan baru saya sadari beberapa bulan lalu, kalau ada cewek yang suka dengan saya, kebanyakan takut untuk mendekat karena ke-cool-an saya dan tampang saya yang expressionless.

Intinya dengan segala kriteria abstract saya, saya merasakan aura yang berbeda dari dia. Dialah yang selama ini saya cari. Sebuah sosok yang akan melengkapi kekurangan saya. Keindahan yang nggak bisa saya utarakan. And, it's good, the age difference is just 2 years with the same birth month, I mean, November. Meskipun tampaknya dia dingin, tapi saya rasa dia mirip dengan saya, ada suatu kehangatan tersendiri. Memang dia pendiam, tapi sekali lagi, saya rasa dia mirip dengan saya yang pastinya bakal rame kalau dengan orang dekat. Entah dia sadar atau nggak kalau saya ada rasa sama dia, yang pasti saya sudah menyebar benih-benih yang sedikit mengarah ke gosip. Saya nggak akan tertutup lagi soal perasaan saya seperti dulu. Sebab saya sudah sadar bahwa kalau saya nggak bisa mengekspresikannya, nggak akan ada hal baik yang terjadi.

Berbeda dengan dulu yang saya selalu hanya jadi pemuja rahasia, melihat orang yang saya kagumi dari jauh saja. Sekarang saya ingin benar-benar dekat dengan dia, orang yang membuat saya memiliki rasa. Siapakah dia? Beberapa teman saya sudah saya beritahu secara gamblang, beberapa lagi saya buat penasaran dengan gosipnya. Sekali lagi, dengan sifat dasar saya, saya nggak bisa gerak cepat, harus perlahan-lahan. Tapi masalahnya, saya sadar bahwa dia adalah primadona. Banyak sekali saingan yang nggak kelihatan dari mata saya, sama dengan mereka melihat saya. Saya juga nggak tahu apakah saya punya nilai lebih dibandingkan mereka, terutama di mata dia. Habis, saya juga masih sulit untuk menyapa dia kalau lagi di depan umum, gara-gara sifat dasar saya yang pemalu. Apalagi dengan sifat dia yang juga pendiam.

Mendekatinya, nggak mudah. Saya nggak mau terkesan jadi stalker, yang cari tahu nomer hp-nya dari orang lain, terus tiba-tiba sms atau telepon. Saya juga nggak mau sok kenal begitu saja. Dan saya, bukan tipe orang yang suka pakai cara kenalan dengan gamblang di depan dengan perantara orang lain. Tapi saya juga nggak suka cerita hal-hal pribadi saya dengan orang lain. Jadi, sampai beberapa minggu yang lalu, saya kerja... sendiri. Tapi saya nggak mau cerita terlalu jauh. Rencananya sih, semua hal yang saya tuliskan di posting ini kali ini, akan saya tulis setelah saya menyatakan perasaan saya, apapun hasilnya. Tetapi dengan sebuah pertimbangan, akhirnya saya tulis juga.

Sampai saat ini, saya nggak tahu apakah dia sudah merasakannya dan saya juga nggak tahu gimana respon dia yang sebenarnya. Saya sedikit pesimis sih, dengan sikap yang dia tunjukkan. Tapi saya jadi sedikit berdiri lebih tegak, setelah ngobrol-ngobrol beberapa hal dengan dia, tentang dia yang pendiam. Obrolan yang mirip dengan apa yang dikatakan seseorang pada saya, dulu. Karena bagi saya, cinta yang pure itu nggak bisa terjadi begitu saja. Saya tetap pegang prinsip, cinta datang karena telah terbiasa. Jadi, doakan semoga dia bisa terbiasa dengan saya. Semoga dia membaca tulisan ini dan bisa sedikit memiliki rasa yang saya miliki. Kayak lagunya Afgan, Bukan Cinta Biasa.

-to be continued-

3 comments:

miftah said...

sep, Q

maju terus....

aku knal ga areke??
kok...

Haqqi said...

Mestine gak kenal ta... arek kampusku kok...

ePhen-ajja said...

gimana nih lanjutan critana??
yang mana lagiii??

waaaaa...
buruan posting atuuuuu!!!